Gunadarma University

Senin, 14 Maret 2016

STRATEGI BISNIS PERUSAHAAN



PT TELKOMSEL TBK
Telkomsel adalah operator telekomunikasi seluler GSM kedua di Indonesia setelah Satelindo dengan layanan pascabayar kartuHALO yang diluncurkan pada tanggal 26 Mei 1995. Saham Telkomsel dimiliki oleh Telkom Indonesia sebesar 65% dan sisanya oleh Singtel sebesar 35%. Telkomsel menjadi operator seluler pertama di Asia yang menawarkan layanan GSM prabayar.
Telkomsel mengklaim sebagai operator telekomunikasi seluler terbesar di Indonesia dengan 139,3 juta pelanggan per 31 Desember 2014 dan pangsa pasar sebesar 51% per 1 Januari 2007.[butuh rujukan] Jaringan Telkomsel telah mencakup 288 jaringan roaming internasional di 155 negara pada akhir tahun 2007.
Telkomsel telah menjadi operator seluler ketujuh di dunia yang mempunyai lebih dari 100 juta pelanggan dalam satu negara per Mei 2011.[1]
Telkomsel meluncurkan secara resmi layanan komersial mobile 4G LTE pertama di Indonesia. Layanan Telkomsel 4G LTE memiliki kecepatan data access mencapai 36 Mbps. [2]
Saat ini Telkomsel menggelar lebih dari 84.000 BTS yang menjangkau sekitar 98% wilayah populasi di Indonesia. Sebagai operator selular nomor 6 terbesar di dunia dalam hal jumlah pelanggan, Telkomsel merupakan pemimpin pasar industri telekomunikasi di Indonesia yang kini dipercaya melayani lebih dari 139 juta pelanggan pada tahun 2014. Dalam upaya memandu perkembangan industri telekomunikasi selular di Indonesia memasuki era baru layanan mobile broadband, Telkomsel secara konsisten mengimplementasikan roadmap teknologi 3G, HSDPA, HSPA+, serta uji coba teknologi Long Term Evolution (LTE). Kini Telkomsel mengembangkan jaringan broadband di 100 kota besar di Indonesia. Untuk membantu pelayanan kebutuhan pelanggan, Telkomsel kini didukung akses call center 24 jam dan 430 pusat layanan yang tersebar di seluruh Indonesia.
Telkomsel bekerja pada jaringan 900/1.800 MHz.
 
GERAKKAN PERTUMBUHAN EKONOMI, TELKOMSEL PERKUAT JARINGAN DI DAERAH PERBATASAN
Operator telekomunikasi Telkomsel berupaya memperkuat jaringan di daerah-daerah perbatasan negara dengan menghadirkan layanan pita lebar (broadband). Hal ini ditandai dengan beroperasinya 128 Base Transceiver Station (BTS) 3G di titik-titik perbatasan dan pulau terdepan.
Acara peresmian dipusatkan di Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara, di mana di lokasi tersebut Telkomsel mengaktifkan 10 BTS 3G tambahan yang mampu melayani kebutuhan akses broadband masyarakat setempat.
Kehadiran BTS Tekomsel di wilayah-wilayah perbatasan amat penting mengingat lokasi tersebut secara geopolitik sangat strategis dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Saat ini secara nasional, Telkomsel memiliki lebih dari 480 BTS (3G & 2G) di daerah perbatasan. "Di sisi lain, hadirnya BTS 3G di lokasi-lokasi perbatasan yang memungkinkan masyarakat setempat untuk menikmati layanan data juga diharapkan akan mampu mempercepat pertumbuhan perekonomian, membuka peluang usaha, bahkan lapangan kerja baru," ujar Direktur Sales Telkomsel, Masud Khamid dalam keterangan resminya.
Dia mengatakan, penyediaan jaringan telekomunikasi di daerah perbatasan memiliki tantangan tersendiri, terutama dari sisi beratnya medan yang harus ditempuh. "Namun daerah-daerah tersebut merupakan daerah yang strategis untuk menegaskan kedaulatan NKRI sehingga apapun tantangannya tidak menjadi halangan bagi kami untuk hadir," tegas Masud.
Dia menambahkan, peningkatan akses layanan data di daerah perbatasan diharapkan juga dapat membantu Tentara Nasional Indonesia (TNI), khususnya dalam menunjang berbagai kegiatan operasional tentara yang bertugas di garda terdepan dalam menjaga keutuhan negara.
Dalam kesempatan ini Telkomsel juga memberikan bantuan sarana pendidikan untuk masyarakat serta sarana telekomunikasi untuk TNI di wilaperbatasan.
Saat ini BTS-BTS Telkomsel di daerah terdepan di antaranya berbatasan dengan negara Papua Nugini (Merauke dan Jayapura), Australia (Pulau Rote), Timor Leste (Atambua), Filipina (Sangihe), Malaysia (Sebatik-Nunukan), Singapura (Batam), dan Vietnam (Kepulauan Natuna).
VALUASI SAHAM PT TELKOMSEL
Valuasi saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dinilai kurang menarik. Selain secara fundamental tidak memberi perubahan berarti, analis menilai, harga wajar saham Telkom saat ini hanya Rp 5.300. Edwin Sinaga, analis PT Kuo Kapital Raharja mengatakan, dari sisi kinerja, performance Telkom tidak lagi seperti tahun-tahun sebelumnya. Ia mengatakan, saat ini analis cenderung menilai saham TLKM itu kurang menarik dan potential upside-nya hanya terbatas. "Saham Telkom sudah tidak menarik lagi. Valuasinya terlampau mahal atau hanya Rp 5.300 dibanding harga saat ini," katanya. Lebih lanjut Edwin menilai, untuk perdagangan jangka pendek maupun jangka menengah, investor sebaiknya menghindari saham ini. Ia merekomendasi sell on strength TLKM. Lebih lanjut Edwin memaparkan, sampai saat ini belum ada informasi atau pun isu yang mampu mengangkat harga saham ini. Soal bisnis CDMA, papar dia, sejauh ini belum memberi implikasi berarti bagi kinerja TLKM. Hal senada diungkapkan Hendra Bujang, fund manager dari PT Suprasurya Assets Management. Menurut Hendra, ekspektasi kinerja TLKM untuk tahun 2005 diperkirakan akan stagnan dan belum ada perubahan berarti. Menurut Hendra, dengan kondisi itu, fund manager terlihat membatasi pembelian terhadap saham TLKM. "Ini masih berlangsung lama," katanya singkat. Lebih lanjut Hendra memaparkan, ekspektas yang kurang menggebirakan itu beradampak pada prediksi valuasi. Menurut dia, valuasi saham TLKM saat ini terlampau mahal. Ini sangat berbeda dengan beberapa saham infrastruktur atau saham pertambangan yang menjadi incaran sejumlah fund manager. "Valuasi TLKM itu hanya 5.200-an. Ini sangat mahal dan hanya memberi potential upside kecil," katanya. Sama seperti Edwin, Hendra merekomendasi sell saham TLKM. Menurut dia, dengan ruang pergerakan yang sangat terbatas maka sanga sulit bagi seorang investor untuk memperoleh gain yang maksimal. "Apalagi saat ini, banyak fund manager yang menjual saham TLKM," katanya. Tak Ada Rugi Kurs Sementara itu, manajemen Telkom yakin tidak akan mengalami kerugian kurs pada tahun 2005. Direktur Keuangan Telkom Rinaldi Firmansyah menjelaskan, untuk menghilangkan potensi kerugian kurs, Telkom telah merestrukturisasi utang. Melalui restrukturissai utang ini, Telkom menargetkan komposisi utang rupiah dan dolar AS menjadi fifty-fifty. Sebagai rangkaian upaya merestrukturisasi utang, Telkom telah menerbitkan medium term note (MTN) senilai Rp 1,125 triliun pada akhir tahun 2004. Penerbitan MTN juga diikuti dengan upaya pembayaran utang senilai US$ 112 juta. Rinaldi menargetkan, pada Juni 2005 utang Telkom dalam mata uang dolar AS tinggal sejumlah US$ 600 juta. Terkait rugi kurs, Telkom mencatat kerugian cukup besar pada kuartal II 2004. Saat itu Telkom membukukan rugi valas Rp 870 miliar. Angka tersebut, naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 384 miliar. Di sisi lain, Rinaldi menegaskan, reguler growth Telkom pada tahun 2004 sebesar 20% akan tercapai. Demikian juga, pertumbuhan pendapatan 3%, sebagai dampak dari penyesuaian tarif juga akan terpenuhi. Pada tahun 2005, PT Telkom akan mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 14 triliun. Capex tersebut merupakan capex konsolidasi antara Telkom dan anak perusahaan, sehingga nanti setengah capex untuk PT Telkomsel, dan setengah untuk induk perusahaan. Belanja modal Telkom, antara lain ditujukan untuk pengembangan backbone dan transmisi baru. Belanja modal juga akan digunakan untuk mendukung penambahan jumlah pelanggan Telkom Grup, yang ditargetkan mencapai 32 juta pelanggan pada tahun 2005. Dengan perincian, jumlah pelanggan Telkom 11 juta dan Telkomsel 21 juta. Kapasitas penjualan telepon tetap nirkabel (Flexi) direncanakan akan mencapai minimal 1,5 juta satuan sambungan flexi (SSF). Sedangkan, kapasitas penjualan telepon tetap (kabel) ditargetkan sebanyak 400 ribu satuan sambungan telepon (SST).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar