PT TELKOMSEL TBK
Telkomsel
adalah operator telekomunikasi seluler GSM
kedua di Indonesia setelah Satelindo dengan layanan pascabayar
kartuHALO yang diluncurkan pada tanggal 26 Mei 1995.
Saham Telkomsel dimiliki oleh Telkom Indonesia sebesar 65% dan sisanya
oleh Singtel sebesar 35%. Telkomsel menjadi
operator seluler pertama di Asia yang menawarkan
layanan GSM prabayar.
Telkomsel
mengklaim sebagai operator telekomunikasi seluler terbesar di Indonesia dengan 139,3 juta pelanggan per 31 Desember 2014
dan pangsa pasar sebesar 51% per 1 Januari 2007.[butuh
rujukan] Jaringan Telkomsel telah mencakup 288
jaringan roaming internasional di 155 negara pada akhir tahun 2007.
Telkomsel telah menjadi operator
seluler ketujuh di dunia yang mempunyai lebih dari 100 juta pelanggan dalam
satu negara per Mei 2011.[1]
Telkomsel meluncurkan secara
resmi layanan komersial mobile 4G LTE pertama di Indonesia. Layanan Telkomsel
4G LTE memiliki kecepatan data access mencapai 36 Mbps. [2]
Saat ini Telkomsel menggelar
lebih dari 84.000 BTS yang menjangkau sekitar 98% wilayah populasi di
Indonesia. Sebagai operator selular nomor 6 terbesar di dunia dalam hal jumlah
pelanggan, Telkomsel merupakan pemimpin pasar industri telekomunikasi di
Indonesia yang kini dipercaya melayani lebih dari 139 juta pelanggan pada tahun
2014. Dalam upaya memandu perkembangan industri telekomunikasi selular di
Indonesia memasuki era baru layanan mobile broadband, Telkomsel secara
konsisten mengimplementasikan roadmap teknologi 3G, HSDPA, HSPA+, serta uji
coba teknologi Long Term Evolution (LTE). Kini Telkomsel mengembangkan jaringan
broadband di 100 kota besar di Indonesia. Untuk membantu pelayanan kebutuhan
pelanggan, Telkomsel kini didukung akses call center 24 jam dan 430 pusat
layanan yang tersebar di seluruh Indonesia.
Telkomsel bekerja pada jaringan
900/1.800 MHz.
GERAKKAN PERTUMBUHAN EKONOMI, TELKOMSEL PERKUAT JARINGAN DI DAERAH
PERBATASAN
Operator telekomunikasi Telkomsel
berupaya memperkuat jaringan di daerah-daerah perbatasan negara dengan
menghadirkan layanan pita lebar (broadband). Hal ini ditandai dengan
beroperasinya 128 Base Transceiver Station (BTS) 3G di titik-titik perbatasan
dan pulau terdepan.
Acara peresmian dipusatkan di
Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara, di mana di lokasi tersebut
Telkomsel mengaktifkan 10 BTS 3G tambahan yang mampu melayani kebutuhan akses
broadband masyarakat setempat.
Kehadiran BTS Tekomsel di
wilayah-wilayah perbatasan amat penting mengingat lokasi tersebut secara
geopolitik sangat strategis dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Saat ini secara nasional, Telkomsel memiliki lebih dari 480
BTS (3G & 2G) di daerah perbatasan. "Di sisi lain, hadirnya BTS 3G di
lokasi-lokasi perbatasan yang memungkinkan masyarakat setempat untuk menikmati
layanan data juga diharapkan akan mampu mempercepat pertumbuhan perekonomian,
membuka peluang usaha, bahkan lapangan kerja baru," ujar Direktur
Sales Telkomsel, Masud Khamid dalam keterangan resminya.
Dia mengatakan, penyediaan
jaringan telekomunikasi di daerah perbatasan memiliki tantangan tersendiri,
terutama dari sisi beratnya medan yang harus ditempuh. "Namun
daerah-daerah tersebut merupakan daerah yang strategis untuk menegaskan
kedaulatan NKRI sehingga apapun tantangannya tidak menjadi halangan bagi kami
untuk hadir," tegas Masud.
Dia menambahkan,
peningkatan akses layanan data di daerah perbatasan diharapkan juga dapat
membantu Tentara Nasional Indonesia (TNI), khususnya dalam menunjang berbagai
kegiatan operasional tentara yang bertugas di garda terdepan dalam menjaga
keutuhan negara.
Dalam kesempatan ini Telkomsel
juga memberikan bantuan sarana pendidikan untuk masyarakat serta sarana
telekomunikasi untuk TNI di wilaperbatasan.
Saat ini BTS-BTS Telkomsel di
daerah terdepan di antaranya berbatasan dengan negara Papua Nugini
(Merauke dan Jayapura), Australia (Pulau Rote), Timor Leste (Atambua), Filipina
(Sangihe), Malaysia (Sebatik-Nunukan), Singapura (Batam), dan Vietnam
(Kepulauan Natuna).
VALUASI SAHAM PT TELKOMSEL
Valuasi saham PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk (TLKM) dinilai kurang menarik. Selain secara fundamental tidak
memberi perubahan berarti, analis menilai, harga wajar saham Telkom saat ini
hanya Rp 5.300. Edwin Sinaga, analis PT Kuo Kapital Raharja mengatakan, dari
sisi kinerja, performance Telkom tidak lagi seperti tahun-tahun sebelumnya. Ia
mengatakan, saat ini analis cenderung menilai saham TLKM itu kurang menarik dan
potential upside-nya hanya terbatas. "Saham Telkom sudah tidak menarik
lagi. Valuasinya terlampau mahal atau hanya Rp 5.300 dibanding harga saat
ini," katanya. Lebih lanjut Edwin menilai, untuk perdagangan jangka pendek
maupun jangka menengah, investor sebaiknya menghindari saham ini. Ia
merekomendasi sell on strength TLKM. Lebih lanjut Edwin memaparkan, sampai saat
ini belum ada informasi atau pun isu yang mampu mengangkat harga saham ini.
Soal bisnis CDMA, papar dia, sejauh ini belum memberi implikasi berarti bagi
kinerja TLKM. Hal senada diungkapkan Hendra Bujang, fund manager dari PT Suprasurya
Assets Management. Menurut Hendra, ekspektasi kinerja TLKM untuk tahun 2005
diperkirakan akan stagnan dan belum ada perubahan berarti. Menurut Hendra,
dengan kondisi itu, fund manager terlihat membatasi pembelian terhadap saham
TLKM. "Ini masih berlangsung lama," katanya singkat. Lebih lanjut
Hendra memaparkan, ekspektas yang kurang menggebirakan itu beradampak pada
prediksi valuasi. Menurut dia, valuasi saham TLKM saat ini terlampau mahal. Ini
sangat berbeda dengan beberapa saham infrastruktur atau saham pertambangan yang
menjadi incaran sejumlah fund manager. "Valuasi TLKM itu hanya 5.200-an.
Ini sangat mahal dan hanya memberi potential upside kecil," katanya. Sama
seperti Edwin, Hendra merekomendasi sell saham TLKM. Menurut dia, dengan ruang
pergerakan yang sangat terbatas maka sanga sulit bagi seorang investor untuk
memperoleh gain yang maksimal. "Apalagi saat ini, banyak fund manager yang
menjual saham TLKM," katanya. Tak Ada Rugi Kurs Sementara itu,
manajemen Telkom yakin tidak akan mengalami kerugian kurs pada tahun 2005.
Direktur Keuangan Telkom Rinaldi Firmansyah menjelaskan, untuk menghilangkan
potensi kerugian kurs, Telkom telah merestrukturisasi utang. Melalui
restrukturissai utang ini, Telkom menargetkan komposisi utang rupiah dan dolar
AS menjadi fifty-fifty. Sebagai rangkaian upaya merestrukturisasi utang, Telkom
telah menerbitkan medium term note (MTN) senilai Rp 1,125 triliun pada akhir
tahun 2004. Penerbitan MTN juga diikuti dengan upaya pembayaran utang senilai
US$ 112 juta. Rinaldi menargetkan, pada Juni 2005 utang Telkom dalam mata uang
dolar AS tinggal sejumlah US$ 600 juta. Terkait rugi kurs, Telkom mencatat
kerugian cukup besar pada kuartal II 2004. Saat itu Telkom membukukan rugi
valas Rp 870 miliar. Angka tersebut, naik dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang hanya sebesar Rp 384 miliar. Di sisi lain, Rinaldi menegaskan,
reguler growth Telkom pada tahun 2004 sebesar 20% akan tercapai. Demikian juga,
pertumbuhan pendapatan 3%, sebagai dampak dari penyesuaian tarif juga akan
terpenuhi. Pada tahun 2005, PT Telkom akan mengalokasikan belanja modal
(capital expenditure/capex) sebesar Rp 14 triliun. Capex tersebut merupakan
capex konsolidasi antara Telkom dan anak perusahaan, sehingga nanti setengah
capex untuk PT Telkomsel, dan setengah untuk induk perusahaan. Belanja modal
Telkom, antara lain ditujukan untuk pengembangan backbone dan transmisi baru.
Belanja modal juga akan digunakan untuk mendukung penambahan jumlah pelanggan
Telkom Grup, yang ditargetkan mencapai 32 juta pelanggan pada tahun 2005.
Dengan perincian, jumlah pelanggan Telkom 11 juta dan Telkomsel 21 juta.
Kapasitas penjualan telepon tetap nirkabel (Flexi) direncanakan akan mencapai
minimal 1,5 juta satuan sambungan flexi (SSF). Sedangkan, kapasitas penjualan
telepon tetap (kabel) ditargetkan sebanyak 400 ribu satuan sambungan telepon
(SST).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar