PENTINGNYA STRATEGI SUPPLY CHAIN BAGI KEUNGGULAN
KOMPETITIF INDONESIA MENYIKAPI AEC
Diberlakukan
MEA 2015 bertujuan untuk menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan
kesatuan basis produksi. Akan terjadi free flow atas barang, jasa, faktor produksi,
investasi dan modal, serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar negara
ASEAN.
Demikian dikemukakan Menteri
Perindustrian (Menperin) MS Hidayat, dalam sambutannya pada acara buka puasa
bersama dengan para stakeholder sektor industri, di kantor Kemenperin Jakarta,
kemarin.
MEA 2015, lanjutnya, merupakan
momen penting bagi Indonesia, karena berpeluang memperluas pasar bagi
produk-produk industri nasional. Namun di sisi lain, pemberlakuan MEA 2015 juga
akan menjadi tantangan, mengingat penduduk Indonesia yang sangat besar,
tentunya akan menjadi tujuan pasar bagi produk-produk Negara ASEAN lainnya.
Dalam upaya menghadapi berbagai
tantangan tersebut, Menperin mengharapkan dukungan dan sinergi dengan
masyarakat khususnya dunia usaha. "Untuk itu, pelaku usaha diharapkan
dapat meningkatkan daya saingnya. Agar produk-produk Indonesia mampu bersaing
tidak hanya di pasar ASEAN, tetapi juga pasar dalam negeri," tutur dia.
Selanjutnya, dia berharap kerja
sama antara Kementerian Perindustrian dengan Kadin, Asosiasi atau
lembaga-lembaga lainnya lebih ditingkatkan. Sekaligus, disamakan persepsinya
sebagai usaha untuk memperkokoh kekuatan daya saing, dalam rangka menghadapi
pasar ASEAN.
Pada kesempatan itu, Menperin
menyebutkan, di tengah kondisi perekonomian yang belum stabil, industri
pengolahan non-migas sampai Triwulan I tahun 2014 mampu tumbuh sebesar 5,56
persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi sebesar 5,21 persen.
Cabang industri yang tumbuh
tinggi di antaranya, industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 9,47
persen, industri alat angkut, mesin dan peralatannya sebesar 6,03 persen, serta
industri barang kayu dan hasil hutan lainnya sebesar 5,17 persen.
Berdasarkan data BPS, nilai
ekspor Indonesia pada Mei 2014 mencapai 14,83 miliar dolar AS atau mengalami
peningkatan 3,73 persen dibandingkan April 2014 sebesar 14,30 miliar dolar AS.
Peningkatan nilai ekspor Mei 2014 disebabkan oleh meningkatnya ekspor non-migas
sebesar 12,45 miliar dolar AS atau naik 6,95 persen dibandingkan April 2014
sebesar 11,64 miliar dolar AS.
Sementara itu, beberapa produk
nonmigas yang mengalami peningkatan ekspor, antara lain: produk kimia sebesar
104,1 juta dolar AS atau 96,56 persen, alas kaki sebesar 31,2 juta dolar AS
atau 8,70 persen, dan kertas/karton sebesar 3,8 juta dolar AS atau 1,17 persen.
Dari sisi volume, ekspor Indonesia pada Mei 2014 mengalami peningkatan 4,12
persen dibandingkan April 2014, yang disebabkan peningkatan volume ekspor
nonmigas sebesar 4,99 persen. (Budi Seno)
Pentingnya
strategi bersaing dalam menghadapi berbagai peluang dan tantangan pemberlakuan
ASEAN Economic Community (AEC) pada UKM dan industri kreatif nasional, termasuk
di dalamnya industri pakaian jadi yang telah mengalami krisis sejak era
globalisasi dan pemberlakuan AFTA sebagai akibat dari peningkatan market share produk
impor. Sementara, produk pakaian jadi memiliki siklus hidup produk yang singkat
dan kondisi yang paling sulit adalah ketika produk pada fase dewasa. Strategi
diferensiasi produk adalah strategi yang tepat untuk mencapai keunggulan
bersaing pada saat produk berada pada fase dewasa. Tujuan dari kajian teoritis
ini adalah menjabarkan strategi diferensiasi produk secara aplikatif untuk
mempermudah UKM dan industri kreatif melakukan strategi bersaing melalui matriks
strategi diferensiasi produk pada fase dewasa.
Pemberlakuan
Asean Economic Community (AEC) 2015 akan menghadirkan sejumlah peluang dan
tantangan setiap tatanan di Indonesia, terutama pada peningkatan kompleksitas
dan dinamika persaingan UKM (Usaha Kecil Menengah) dan industri kreatif
nasional sebagai sektor yang berkontribusi hingga 57,56% pada pertumbuhan
Produk Domestik Bruto nasional dan mampu menyerap tenaga kerja hingga 96,99%,
serta berkontribusi sebesar 15,68% dalam ekspor nonmigas.Industri pakaian jadi
yang tergolong dalam sub sektor industri kreatif, saat ini
sedang
mengalami krisis yang diakibatkan oleh tingginya dinamika persaingan sebagai
wujud nyata dari era globalisasi, di mana pangsa pasar produk pakaian jadi impor
di tanah air semakin meningkat dengan penetrasi pasar mencapai 60-40. Sebesar
50 persen pangsa pasar produk pakaian jadi di Indonesia telah diambil oleh
produkimpor dari Cina dan 10 persen produk impor dari negara lain. (Ade, 2014)
PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, TBK
Indocement
saat ini merupakan produsen semen terbesar kedua di Indonesia. Perseroan mengoperasikan
unit-unit produksi terpadu, dengan total kapasitas produksi sebesar 15,4 juta
ton klinker per tahun. Perseroan didirikan tahun 1985 dan saat ini memiliki 12
pabrik, sembilan diantaranya berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua di
Palimanan, Cirebon, Jawa Barat dan satu di Tarjun,
Kotabaru,
Kalimantan Selatan. Produk utama Perseroan adalah Semen Portland Tipe I
(Ordinary Portland Cement). Perseroan juga memproduksi semen tipe lain, seperti
Semen Portland Tipe II dan Tipe V, Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement), dan
Semen PortlandPozzolan (Portland Pozzolan
Cement). Indocement saat ini merupakan satu-satunya produsen Semen Putih di Indonesia.
Pada tahun 2001, HeidelbergCement Group, salah satu produsen semen kelas dunia yang
berpusat di Jerman dan beroperasi di 50 negara, menjadi pemegang saham
mayoritas Perseroan. Sejak saat itu, Perseroan berupaya untuk meraih
kembalikondisi keuangan yang sehat sebagaimana pada masa sebelum krisis moneter
di Asia. Dengan dukungan keahlian bertaraf internasional yang dimiliki HeidelbergCement
Group di bidang teknik, keuangan dan pemasaran dengan jaringan global,
Indocement kembali memusatkan kegiatannya di bisnis inti sebagai produsen
semen, dengan tujuan untuk mencapai kondisi keuangan yang kuat. Pada tahun
2003, total penjualan Perseroan mencapai lebih dari Rp4 triliun. Saham
Indocement tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pada akhir
tahun 2003, jumlah karyawan Perseroan mencapai lebih dari 7.100 orang.
perolehan
dari penjualan aset non-inti. Pada akhir tahun 2003, seluruh aset non-inti
Perseroan telah berhasil dijual, sejalan dengan strategi Perseroan untuk lebih
memusatkan diri pada bisnis inti sebagaimana telah disampaikan dalam laporan tahunan
yang lalu. Dengan langkah-langkah di atas Indocement berhasil mempertahankan
tingkat profitabilitas di tengah persaingan yang sangat ketat. Kondisi pasar yang
sulit menuntut komitmen dan fokus sepenuhnya untuk mempertahankan keunggulan
disetiap bidang usaha Indocement. Kami dengan senang hati melaporkan kemajuan
yang dicapai Indocement di bidang Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate
Governance - GCG) sebagai kebijakan pengelolaan perusahaan secara sehat dan bertanggung
jawab. Kami tunduk pada kewajiban moral maupun hukum untuk mematuhi semua peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Manajemen risiko merupakan
salah satu aplikasi kunci GCG. Indocement telah memperluas cakupan manajemen risikonya.
Secara keseluruhan, risiko Perseroan masih dapat dikendalikan, sekalipun
terdapat banyak tantangan. Indocement telah berada pada jalur yang tepat untuk
mencapai tujuan-tujuan
finansial
secara berkelanjutan sebagaimana digariskan sejak tiga tahun yang lalu.
Komisaris senantiasa memantau kegiatan Perseroan sebagaimana dilaporkan oleh
Direksi. Komisaris juga telah membentuk Komite Kompensasi yang terpisah dari struktur
Komite Audit, untuk melengkapi perangkat pengendalian manajemen yang ada saat
ini. Tahun 2004, Indonesia memasuki tahun pemilihan umum, dimana untuk pertama
kalinya Bangsa Indonesia akan memilih Presiden dan Wakil Presiden secara
langsung. Kita semua berharap bahwa proses demokrasi ini akan mengantarkan Bangsa
dan Negara Indonesia ke era pertumbuhan dan kemakmuran yang baru
Pembangunan pabrik ke 14 di
Kompleks Pabrik Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, akan menambah kapasitas
4,4 juta ton semen per tahun bagi PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk.
Selain untuk mengantisipasi
meningkatnya pasar, ekspansi kapasitas itu juga disebutkan untuk mempertahankan
keunggulan kompetitif perusahaan tersebut.
Direktur Utama Indocement Daniel
Lavalle di Jakarta, (25/3/2013), mengatakan, pabrik ke 14 tersebut akan
menambah kapasitas sebanyak 4,4 juta ton semen. Sehigga, total kapasitas
Indocement nantinya menjadi 25 juta ton semen per tahun.
Hal tersebut disampaikan Daniel
di sela penandatanganan perjanjian antara PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk
dengan Tianjin Cement Industry Design and Research Institute Co. Ltd dalam penyediaan
peralatan serta engineering bagi proyek pabrik ke 14 itu.
Pabrik baru dengan nilai sekitar
Rp 5,5 triliun-Rp 6,5 triliun yang dibangun untuk mengantisipasi terus
meningkatnya permintaan semen di pasar tersebut diharapkan siap beroperasi pada
kuartal ketiga tahun 2015.
Hal tersebut menunjukan bahwa
indocement merupakan perusahaan yang cukup unggul dalam persaingan pasar. Yang
dapat terus meningkatkan pertumbuhan ekoni yang sangat pesat. Indocement mampu
memperluas produksi semennya untuk dapat memenuhi permintaan pasar yang sangat
besar. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/03/25/19055342/twitter.com
Valuasi saham PT Indocement
Tunggal Prakasa dengan metode Dividend Discount Model, Price Earning Ratio dan
Free Cash Flow To Equity
Investasi
adalah komitmen penempatan sejumlah dana pada periode tertentu untuk mencapai
tingkat imbal-hasil (rate of return) yang diinginkan. Konsep dasar dari
investasi terdiri dari tingkat return yang diharapkan, tingkat risiko dan
hubungan antara return dan risiko. Saham biasa adalah salah satu bagian dari
asset financial. Valuasi merupakan teknik yang sering digunakan dalam suatu
proses penialain kesehatan perusahaan yang bertujuan untuk mengetahui kondisi
perusahaan. Pada penelitian ini PT. Indocement Tunggal Prakarsa menjadi pilihan
dalam penulisan tesis ini. Permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini
adalah apakah harga saham PT. Indecement Tunggal Prakarsa saat ini overvalued
atau undervalued serta kelayakan investasi pada saham PT. Indocement Tunggal
Prakarsa. Metode yang digunakan sebagai dasar analisis untuk penilaian harga
saham adalah dividend discount model, price earning ratio dan free cash flow to
equity. Pada analisis ini juga dilakukan perhitungan tingkat growth dan return
yang diisyaratkan oleh investor (cost of equity) sebagai dasar proyeksi. Hasil
penelitian adalah: Dengan dividend discount model, harga saham adalah Rp.
255.51, Dengan price earning ratio, harga saham adalah Rp. 3,139.91, Dengan
free cash flow to equity, harga saham adalah Rp. 479.22. Dari hasil penelitian
diatas, ada beberapa saran. Untuk perusahaan: Meningkatkan pertumbuhan
perusahaan, Penjadwalan kembali pembayaran hutang perusahaan. Untuk investor:
Mengambil posisi jual untuk saham Indocement. Untuk penelitian selanjutnya:
Menggunakan tambahan metode lain seperti price to book value atau analisis
teknikal, Melakukan perbandingan valuasi saham perusahaan dengan perusahaan
industry sejenis
ANALISIS PENGARUH INFLASI DAN BI RATE TERHADAP HARGA SAHAM PT. INDOCEMENT TUNGGAL PERKASA |
|
Inflasi
adalah kenaikan harga-harga secara umum yang terjadi terus menerus yang mampu
mempengaruhi keadaan perekonomian negara tersebut. BI Rate adalah suku bunga
kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank
Indonesia. Inflasi dan BI Rate yang terjadi di suatu Negara mampu
mempengaruhi keadaan perekonomian Negara tersebut. Saham merupakan bukti ikut
serta dalam kepemilikian suatu perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh inflasi dan BI Rate terhadap harga saham PT. Indocement
Tunggal Perkasa Tbk. Metode yang digunakan adalah uji penyimpangan asumsi
klasik, analisis regresi linear berganda untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh inflasi dan BI Rate terhadap harga saham PT. Indocement Tunggal
Perkasa Tbk. dan koefisien korelasi untuk menganalisis hubungan inflasi dan
BI Rate terhadap harga saham PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk. periode
2006-2010. Berdasarkan uji hipotesis secara simultan diperoleh hasil bahwa
inflasi dan BI Rate memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap harga
saham. Karena nilai F-hitung (34,687) lebih besar daripada F-tabel
(3,158843). Secara parsial Inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap harga
saham. Karena nilai t-hitung (1,056) lebih kecil daripada t-tabel (2,002465)
dan tingkat signifikan (0,295) lebih besar dari 0,05. Sedangkan secara
parsial BI Rate memiliki pengaruh terhadap harga saham karena nilai t-hitung
(-5,059) lebih kecil dari t-tabel (2,002465) tetapi tingkat signifikan
(0,000) lebih kecil dari 0,05. Koefisien korelasi untuk Inflasi sebesar
-0,589 menyatakan bahwa inflasi memiliki hubungan kuat dan tidak searah
terhadap harga saham yang berarti saat Inflasi mengalami kenaikan, maka harga
saham akan mengalami penurunan. Korelasi BI Rate sebesar -0,735 menyatakan bahwa
BI Rate memiliki hubungan sangat kuat dan tidak searah terhadap harga saham
yang berarti saat BI Rate mengalami kenaikan, maka harga saham akan mengalami
penurunan. Koefisien determinasi diperoleh nilai sebesar 0,549 yang artinya
inflasi dan BI Rate mempengaruhi harga saham Indocement sebesar 54,9%
sedangkan sisanya 45,1% dipengaruhi oleh faktor lainnya.
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar