Gunadarma University

Senin, 14 Maret 2016

SUPPLY CHAIN BAGI KEUNGGULAN KOMPETITIF INDONESIA MENYIKAPI AEC



PENTINGNYA STRATEGI SUPPLY CHAIN BAGI KEUNGGULAN KOMPETITIF INDONESIA MENYIKAPI AEC
Diberlakukan MEA 2015 bertujuan untuk menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan kesatuan basis produksi. Akan terjadi free flow atas barang, jasa, faktor produksi, investasi dan modal, serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN.
Demikian dikemukakan Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat, dalam sambutannya pada acara buka puasa bersama dengan para stakeholder sektor industri, di kantor Kemenperin Jakarta, kemarin.
MEA 2015, lanjutnya, merupakan momen penting bagi Indonesia, karena berpeluang memperluas pasar bagi produk-produk industri nasional. Namun di sisi lain, pemberlakuan MEA 2015 juga akan menjadi tantangan, mengingat penduduk Indonesia yang sangat besar, tentunya akan menjadi tujuan pasar bagi produk-produk Negara ASEAN lainnya.
Dalam upaya menghadapi berbagai tantangan tersebut, Menperin mengharapkan dukungan dan sinergi dengan masyarakat khususnya dunia usaha. "Untuk itu, pelaku usaha diharapkan dapat meningkatkan daya saingnya. Agar produk-produk Indonesia mampu bersaing tidak hanya di pasar ASEAN, tetapi juga pasar dalam negeri," tutur dia.
Selanjutnya, dia berharap kerja sama antara Kementerian Perindustrian dengan Kadin, Asosiasi atau lembaga-lembaga lainnya lebih ditingkatkan. Sekaligus, disamakan persepsinya sebagai usaha untuk memperkokoh kekuatan daya saing, dalam rangka menghadapi pasar ASEAN.
Pada kesempatan itu, Menperin menyebutkan, di tengah kondisi perekonomian yang belum stabil, industri pengolahan non-migas sampai Triwulan I tahun 2014 mampu tumbuh sebesar 5,56 persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi sebesar 5,21 persen.
Cabang industri yang tumbuh tinggi di antaranya, industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 9,47 persen, industri alat angkut, mesin dan peralatannya sebesar 6,03 persen, serta industri barang kayu dan hasil hutan lainnya sebesar 5,17 persen.
Berdasarkan data BPS, nilai ekspor Indonesia pada Mei 2014 mencapai 14,83 miliar dolar AS atau mengalami peningkatan 3,73 persen dibandingkan April 2014 sebesar 14,30 miliar dolar AS. Peningkatan nilai ekspor Mei 2014 disebabkan oleh meningkatnya ekspor non-migas sebesar 12,45 miliar dolar AS atau naik 6,95 persen dibandingkan April 2014 sebesar 11,64 miliar dolar AS.
Sementara itu, beberapa produk nonmigas yang mengalami peningkatan ekspor, antara lain: produk kimia sebesar 104,1 juta dolar AS atau 96,56 persen, alas kaki sebesar 31,2 juta dolar AS atau 8,70 persen, dan kertas/karton sebesar 3,8 juta dolar AS atau 1,17 persen. Dari sisi volume, ekspor Indonesia pada Mei 2014 mengalami peningkatan 4,12 persen dibandingkan April 2014, yang disebabkan peningkatan volume ekspor nonmigas sebesar 4,99 persen. (Budi Seno)

Pentingnya strategi bersaing dalam menghadapi berbagai peluang dan tantangan pemberlakuan ASEAN Economic Community (AEC) pada UKM dan industri kreatif nasional, termasuk di dalamnya industri pakaian jadi yang telah mengalami krisis sejak era globalisasi dan pemberlakuan AFTA sebagai akibat dari peningkatan market share produk impor. Sementara, produk pakaian jadi memiliki siklus hidup produk yang singkat dan kondisi yang paling sulit adalah ketika produk pada fase dewasa. Strategi diferensiasi produk adalah strategi yang tepat untuk mencapai keunggulan bersaing pada saat produk berada pada fase dewasa. Tujuan dari kajian teoritis ini adalah menjabarkan strategi diferensiasi produk secara aplikatif untuk mempermudah UKM dan industri kreatif melakukan strategi bersaing melalui matriks strategi diferensiasi produk pada fase dewasa.
Pemberlakuan Asean Economic Community (AEC) 2015 akan menghadirkan sejumlah peluang dan tantangan setiap tatanan di Indonesia, terutama pada peningkatan kompleksitas dan dinamika persaingan UKM (Usaha Kecil Menengah) dan industri kreatif nasional sebagai sektor yang berkontribusi hingga 57,56% pada pertumbuhan Produk Domestik Bruto nasional dan mampu menyerap tenaga kerja hingga 96,99%, serta berkontribusi sebesar 15,68% dalam ekspor nonmigas.Industri pakaian jadi yang tergolong dalam sub sektor industri kreatif, saat ini
sedang mengalami krisis yang diakibatkan oleh tingginya dinamika persaingan sebagai wujud nyata dari era globalisasi, di mana pangsa pasar produk pakaian jadi impor di tanah air semakin meningkat dengan penetrasi pasar mencapai 60-40. Sebesar 50 persen pangsa pasar produk pakaian jadi di Indonesia telah diambil oleh produkimpor dari Cina dan 10 persen produk impor dari negara lain. (Ade, 2014)






PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, TBK

Indocement saat ini merupakan produsen semen terbesar kedua di Indonesia. Perseroan mengoperasikan unit-unit produksi terpadu, dengan total kapasitas produksi sebesar 15,4 juta ton klinker per tahun. Perseroan didirikan tahun 1985 dan saat ini memiliki 12 pabrik, sembilan diantaranya berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat dan satu di Tarjun,
Kotabaru, Kalimantan Selatan. Produk utama Perseroan adalah Semen Portland Tipe I (Ordinary Portland Cement). Perseroan juga memproduksi semen tipe lain, seperti Semen Portland Tipe II dan Tipe V, Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement), dan Semen PortlandPozzolan (Portland  Pozzolan Cement). Indocement saat ini merupakan satu-satunya produsen Semen Putih di Indonesia. Pada tahun 2001, HeidelbergCement Group, salah satu produsen semen kelas dunia yang berpusat di Jerman dan beroperasi di 50 negara, menjadi pemegang saham mayoritas Perseroan. Sejak saat itu, Perseroan berupaya untuk meraih kembalikondisi keuangan yang sehat sebagaimana pada masa sebelum krisis moneter di Asia. Dengan dukungan keahlian bertaraf internasional yang dimiliki HeidelbergCement Group di bidang teknik, keuangan dan pemasaran dengan jaringan global, Indocement kembali memusatkan kegiatannya di bisnis inti sebagai produsen semen, dengan tujuan untuk mencapai kondisi keuangan yang kuat. Pada tahun 2003, total penjualan Perseroan mencapai lebih dari Rp4 triliun. Saham Indocement tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pada akhir tahun 2003, jumlah karyawan Perseroan mencapai lebih dari 7.100 orang.

perolehan dari penjualan aset non-inti. Pada akhir tahun 2003, seluruh aset non-inti Perseroan telah berhasil dijual, sejalan dengan strategi Perseroan untuk lebih memusatkan diri pada bisnis inti sebagaimana telah disampaikan dalam laporan tahunan yang lalu. Dengan langkah-langkah di atas Indocement berhasil mempertahankan tingkat profitabilitas di tengah persaingan yang sangat ketat. Kondisi pasar yang sulit menuntut komitmen dan fokus sepenuhnya untuk mempertahankan keunggulan disetiap bidang usaha Indocement. Kami dengan senang hati melaporkan kemajuan yang dicapai Indocement di bidang Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance - GCG) sebagai kebijakan pengelolaan perusahaan secara sehat dan bertanggung jawab. Kami tunduk pada kewajiban moral maupun hukum untuk mematuhi semua peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Manajemen risiko merupakan salah satu aplikasi kunci GCG. Indocement telah memperluas cakupan manajemen risikonya. Secara keseluruhan, risiko Perseroan masih dapat dikendalikan, sekalipun terdapat banyak tantangan. Indocement telah berada pada jalur yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan
finansial secara berkelanjutan sebagaimana digariskan sejak tiga tahun yang lalu. Komisaris senantiasa memantau kegiatan Perseroan sebagaimana dilaporkan oleh Direksi. Komisaris juga telah membentuk Komite Kompensasi yang terpisah dari struktur Komite Audit, untuk melengkapi perangkat pengendalian manajemen yang ada saat ini. Tahun 2004, Indonesia memasuki tahun pemilihan umum, dimana untuk pertama kalinya Bangsa Indonesia akan memilih Presiden dan Wakil Presiden secara langsung. Kita semua berharap bahwa proses demokrasi ini akan mengantarkan Bangsa dan Negara Indonesia ke era pertumbuhan dan kemakmuran yang baru

Pembangunan pabrik ke 14 di Kompleks Pabrik Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, akan menambah kapasitas 4,4 juta ton semen per tahun bagi PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk.
Selain untuk mengantisipasi meningkatnya pasar, ekspansi kapasitas itu juga disebutkan untuk mempertahankan keunggulan kompetitif perusahaan tersebut.
Direktur Utama Indocement Daniel Lavalle di Jakarta, (25/3/2013), mengatakan, pabrik ke 14 tersebut akan menambah kapasitas sebanyak 4,4 juta ton semen. Sehigga, total kapasitas Indocement nantinya menjadi 25 juta ton semen per tahun.
Hal tersebut disampaikan Daniel di sela penandatanganan perjanjian antara PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk dengan Tianjin Cement Industry Design and Research Institute Co. Ltd dalam penyediaan peralatan serta engineering bagi proyek pabrik ke 14 itu.
Pabrik baru dengan nilai sekitar Rp 5,5 triliun-Rp 6,5 triliun yang dibangun untuk mengantisipasi terus meningkatnya permintaan semen di pasar tersebut diharapkan siap beroperasi pada kuartal ketiga tahun 2015.      
Hal tersebut menunjukan bahwa indocement merupakan perusahaan yang cukup unggul dalam persaingan pasar. Yang dapat terus meningkatkan pertumbuhan ekoni yang sangat pesat. Indocement mampu memperluas produksi semennya untuk dapat memenuhi permintaan pasar yang sangat besar. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/03/25/19055342/twitter.com
Valuasi saham PT Indocement Tunggal Prakasa dengan metode Dividend Discount Model, Price Earning Ratio dan Free Cash Flow To Equity
Investasi adalah komitmen penempatan sejumlah dana pada periode tertentu untuk mencapai tingkat imbal-hasil (rate of return) yang diinginkan. Konsep dasar dari investasi terdiri dari tingkat return yang diharapkan, tingkat risiko dan hubungan antara return dan risiko. Saham biasa adalah salah satu bagian dari asset financial. Valuasi merupakan teknik yang sering digunakan dalam suatu proses penialain kesehatan perusahaan yang bertujuan untuk mengetahui kondisi perusahaan. Pada penelitian ini PT. Indocement Tunggal Prakarsa menjadi pilihan dalam penulisan tesis ini. Permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah apakah harga saham PT. Indecement Tunggal Prakarsa saat ini overvalued atau undervalued serta kelayakan investasi pada saham PT. Indocement Tunggal Prakarsa. Metode yang digunakan sebagai dasar analisis untuk penilaian harga saham adalah dividend discount model, price earning ratio dan free cash flow to equity. Pada analisis ini juga dilakukan perhitungan tingkat growth dan return yang diisyaratkan oleh investor (cost of equity) sebagai dasar proyeksi. Hasil penelitian adalah: Dengan dividend discount model, harga saham adalah Rp. 255.51, Dengan price earning ratio, harga saham adalah Rp. 3,139.91, Dengan free cash flow to equity, harga saham adalah Rp. 479.22. Dari hasil penelitian diatas, ada beberapa saran. Untuk perusahaan: Meningkatkan pertumbuhan perusahaan, Penjadwalan kembali pembayaran hutang perusahaan. Untuk investor: Mengambil posisi jual untuk saham Indocement. Untuk penelitian selanjutnya: Menggunakan tambahan metode lain seperti price to book value atau analisis teknikal, Melakukan perbandingan valuasi saham perusahaan dengan perusahaan industry sejenis



ANALISIS PENGARUH INFLASI DAN BI RATE TERHADAP HARGA SAHAM PT. INDOCEMENT TUNGGAL PERKASA

 

Inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum yang terjadi terus menerus yang mampu mempengaruhi keadaan perekonomian negara tersebut. BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia. Inflasi dan BI Rate yang terjadi di suatu Negara mampu mempengaruhi keadaan perekonomian Negara tersebut. Saham merupakan bukti ikut serta dalam kepemilikian suatu perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh inflasi dan BI Rate terhadap harga saham PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk. Metode yang digunakan adalah uji penyimpangan asumsi klasik, analisis regresi linear berganda untuk mengetahui seberapa besar pengaruh inflasi dan BI Rate terhadap harga saham PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk. dan koefisien korelasi untuk menganalisis hubungan inflasi dan BI Rate terhadap harga saham PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk. periode 2006-2010. Berdasarkan uji hipotesis secara simultan diperoleh hasil bahwa inflasi dan BI Rate memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap harga saham. Karena nilai F-hitung (34,687) lebih besar daripada F-tabel (3,158843). Secara parsial Inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham. Karena nilai t-hitung (1,056) lebih kecil daripada t-tabel (2,002465) dan tingkat signifikan (0,295) lebih besar dari 0,05. Sedangkan secara parsial BI Rate memiliki pengaruh terhadap harga saham karena nilai t-hitung (-5,059) lebih kecil dari t-tabel (2,002465) tetapi tingkat signifikan (0,000) lebih kecil dari 0,05. Koefisien korelasi untuk Inflasi sebesar -0,589 menyatakan bahwa inflasi memiliki hubungan kuat dan tidak searah terhadap harga saham yang berarti saat Inflasi mengalami kenaikan, maka harga saham akan mengalami penurunan. Korelasi BI Rate sebesar -0,735 menyatakan bahwa BI Rate memiliki hubungan sangat kuat dan tidak searah terhadap harga saham yang berarti saat BI Rate mengalami kenaikan, maka harga saham akan mengalami penurunan. Koefisien determinasi diperoleh nilai sebesar 0,549 yang artinya inflasi dan BI Rate mempengaruhi harga saham Indocement sebesar 54,9% sedangkan sisanya 45,1% dipengaruhi oleh faktor lainnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar